Hukum Memakai Pakaian Berwarna Merah oleh - doalailatulqadar.xyz
Halo sahabat selamat datang di website doalailatulqadar.xyz, pada kesempatan hari ini kita akan membahas seputar Hukum Memakai Pakaian Berwarna Merah oleh - doalailatulqadar.xyz, kami sudah mempersiapkan artikel tersebut dengan informatif dan akurat, silahkan membaca
Memakai pakaian berwarna merah termasuk perkara yang diperselisihkan oleh para ulama. Hal ini karena adanya hadits-hadits yang membolehkan dan di sisi lain ada hadits-hadits yang melarangnya. Oleh karena itu, kami sebutkan terlebih dahulu hadits-hadits yang berkaitan dengan masalah ini.Â
Hadits-hadits tentang memakai pakaian berwarna merah
-
Hadits-hadits yang melarang
Terdapat beberapa hadits yang menunjukkan larangan memakai pakaian berwarna merah. Di antaranya adalah diceritakan dari Al-Barraâ radhiyallahu âanhu, beliau mengatakan,
ÙÙÙÙÙÙØ§ÙÙØ§ عÙÙÙ' Ø³ÙØ¨Ù'عÙ: عÙÙÙ' ÙÙØ¨Ù'Ø³Ù Ø§ÙØÙØ±ÙÙØ±ÙØ ÙÙØ§ÙدÙ'ÙÙØ¨ÙØ§Ø¬ÙØ ÙÙØ§ÙÙÙØ³Ù'ÙÙÙ'ÙØ ÙÙØ§ÙØ¥ÙØ³Ù'ØªÙØ¨Ù'رÙÙÙØ ÙÙØ§ÙÙ ÙÙÙØ§Ø«ÙØ±Ù Ø§ÙØÙÙ Ù'رÙ
â ⦠Dan (Nabi) melarang tujuh perkara, yaitu memakai kain sutra, dibaj, qasiy (pakaian yang bercorak sutera), istabraq, mayatsir al-humr.â (HR. Bukhari no. 5849)
Al-Bukhari membawakan hadits ini dalam Kitaabul Libaas (kitab masalah pakaian), bab pakaian berwarna merah.Â
Ath-Thabari rahimahullah berkata menafsirkan âmayatsir al-humrâ,
ÙØ§Ù Ø§ÙØ·Ø¨Ø±Ùâ:â Ø§ÙÙ Ø«ÙØ±Ø©â:â ÙØ·Ø£ ÙØ§Ù اÙÙØ³Ø§Ø¡ ÙÙØ·Ø¦Ù ÙØ£Ø²ÙاجÙÙ Ù Ù Ø§ÙØ£Ø±Ø¬ÙØ§Ù Ø§ÙØ£ØÙ ر عÙÙ Ø³Ø±ÙØ¬ Ø®ÙÙÙÙ Ø£Ù Ù Ù Ø§ÙØ¯Ùباج ÙØ§ÙØØ±ÙØ±Ø ÙÙØ§Ù ذÙÙ Ù Ù Ù Ø±Ø§ÙØ¨ Ø§ÙØ¹Ø¬Ù â
âAth-Thabari mengatakan, âAl-mitsarah artinya alas yang biasanya para wanita dahulu meletakkannya pada pelana tunggangan suami mereka. Terbuat dari kain merah, atau terbuat dari kain dibaj (brokat) atau kain sutra. Ini berasal dari kebiasaan orang-orang âajam (non Arab).â (Syarah Shahih Bukhari li Ibni Bathal, 9: 123)
Dari âAli radhiyallahu âanhu, beliau mengatakan,
ÙÙÙÙÙ Ø±ÙØ³ÙÙÙ٠اÙÙÙ'ÙÙ٠صÙÙÙ'Ù٠اÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙ'ÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙ'Ù٠٠عÙÙÙ' Ø®ÙØ§ØªÙÙ Ù Ø§ÙØ°Ù'ÙÙÙØ¨ÙØ ÙÙØ¹ÙÙ٠اÙÙ'ÙÙØ³Ù'ÙÙÙ'ÙØ ÙÙØ¹ÙÙ٠اÙÙ'Ù ÙÙÙØ§Ø«Ùر٠اÙÙ'ØÙÙ Ù'رÙ
âNabi shallallahu âalaihi wa sallam melarang dari memakai cincin emas, qasiy, dan mayatsir al-humr.â (HR. An-Nasaâi no. 5166, dinilai shahih oleh Al-Albani) .
Juga diceritakan oleh Ibnu âAbbas radhiyallahu âanhuma, beliau mengatakan,
ÙÙÙÙÙØªÙ عÙÙÙ Ø§ÙØ«Ù'ÙÙÙ'ب٠اÙÙ'Ø£ÙØÙ'Ù ÙØ±ÙØ ÙÙØ®ÙاتÙÙ Ù Ø§ÙØ°Ù'ÙÙÙØ¨ÙØ ÙÙØ£ÙÙÙ' Ø£ÙÙÙ'Ø±ÙØ£Ù ÙÙØ£ÙÙÙØ§ Ø±ÙØ§ÙÙØ¹Ù
âSaya dilarang untuk memakai pakaian berwarna merah, cincin emas, dan membaca Al-Qurâan ketika rukuk.â (HR. An-Nasaâi no. 5266 dan sanadnya dinilai shahih oleh Al-Albani).
Baca Juga: Hukum Ucapan âMasya Allah Tabaarakallahâ
-
Hadits-hadits yang membolehkan
Adapun hadits-hadits yang menunjukkan bolehnya memakai pakaian berwarna merah di antaranya dari sahabat Al-Barraâ radhiyallahu âanu, beliau menceritakan,
Ù ÙØ§ Ø±ÙØ£ÙÙÙ'ØªÙ Ø£ÙØÙØ¯Ùا Ø£ÙØÙ'سÙÙÙ ÙÙÙ ØÙÙÙ'ÙØ©Ù ØÙÙ Ù'Ø±ÙØ§Ø¡Ù Ù ÙÙ٠اÙÙÙ'ÙØ¨ÙÙÙ'٠صÙÙÙ'Ù٠اÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙ'ÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙ'ÙÙ Ù
âSaya belum pernah melihat seseorang yang lebih bagus dari Nabi shallallahu âalaihi wa sallam ketika beliau mengenakan baju berwarna merahâ (HR. Bukhari no. 5901 dan Muslim no. 2337)
Juga dari sahabat Al-Barraâ radhiallahu âanhu, beliau berkata,Â
ÙÙØ§Ù٠اÙÙÙ'ÙØ¨ÙÙÙ'٠صÙÙÙ'Ù٠اÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙ'ÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙ'ÙÙ Ù Ù ÙØ±Ù'بÙÙØ¹ÙØ§Ø ÙÙÙÙØ¯Ù' Ø±ÙØ£ÙÙÙ'تÙÙÙ ÙÙÙ ØÙÙÙ'ÙØ©Ù ØÙÙ Ù'Ø±ÙØ§Ø¡ÙØ Ù ÙØ§ Ø±ÙØ£ÙÙÙ'ت٠شÙÙÙ'Ø¦ÙØ§ Ø£ÙØÙ'سÙÙÙ Ù ÙÙÙ'ÙÙ
âRasulullah shallallahu âalaihi wa sallam adalah seorang laki-laki yang berperawakan sedang (tidak tinggi dan tidak pendek). Saya melihat beliau mengenakan pakaian merah, dan saya tidak pernah melihat orang yang lebih bagus dari beliauâ (HR. Bukhari no. 5848).
Baca Juga: Hukum Meninggalkan Shalat Jumâat
Pendapat para ulama ketika menyikapi hadits-hadits tersebut
Para ulama berbeda pendapat dalam menyikapi hadits-hadits tersebut menjadi beberapa pendapat.Â
Pendapat pertama, menyatakan terlarangnya memakai pakaian berwarna merah secara mutlak, dalam rangka kehati-hatian dan memenangkan hadits-hadits yang berisi larangan memakai pakaian berwarna merah secara mutlak.Â
Pendapat kedua, menyatakan boleh memakai pakaian berwarna merah secara mutlak. Pendapat ini adalah kebalikan dari pendapat yang pertama.
Pendapat ketiga, menyatakan makruh memakai pakaian yang dicelup dengan warna merah secara penuh, namun jika warna merahnya itu ringan (tidak penuh), diperbolehkan. Pendapat ini diriwayatkan dari âAthaâ, Thawus, dan Mujahid.Â
Pendapat keempat, menyatakan makruh memakai pakaian merah secara mutlak jika bertujuan untuk perhiasan dan ketenaran. Namun boleh jika dipakai di dalam rumah atau di tempat kerja. Pendapat ini diriwayatkan oleh Ibnu âAbbas dan juga pendapat yang dipilih oleh Imam Malik.
Pendapat kelima, larangan tersebut berlaku jika warna merah tersebut adalah warna merah murni (polos berwarna merah). Sehingga diperbolehkan jika terdapat garis-garis. Pendapat ini dipilih oleh Ibnul Qayyim rahimahullah.Â
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,Â
ÙØ§Ù بعض Ø§ÙØ¹Ù٠اء ÙÙØ¨Ø³ Ø«ÙØ¨Ø§ ٠شبعا Ø¨Ø§ÙØÙ Ø±Ø© ÙØ²Ø¹Ù Ø£ÙÙ ÙØªØ¨Ø¹ Ø§ÙØ³ÙØ© ÙÙÙ ØºÙØ· ÙØ¥Ù Ø§ÙØÙØ© Ø§ÙØÙ Ø±Ø§Ø¡ Ù Ù Ø¨Ø±ÙØ¯ اÙÙÙ Ù ÙØ§Ùبرد ÙØ§ ÙØµØ¨Øº Ø£ØÙ ر ØµØ±ÙØ§
âAda ulama yang mengenakan kain berwarna merah polos dengan anggapan bahwa itu mengikuti sunnah. Padahal itu adalah sebuah kekeliruan. Karena kain merah yang Nabi kenakan itu tenunan Yaman, sedangkan tenunan Yaman itu tidak berwarna merah polos.â (Fathul Bari, 10: 319)
Syaikh âAbdul Aziz Ar-Rajihi hafidzahullah mengatakan, âIni adalah pendapat yang dipilih oleh guru kami (yaitu Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah).â
Pendapat Ibnul Qayyim rahimahullah tersebut juga dikuatkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-âUtsaimin rahimahullah. Beliau rahimahullah berkata,
ÙØ°Ù Ø§ÙØÙØ© Ø§ÙØÙ Ø±Ø§Ø¡ ÙÙØ³ Ù Ø¹ÙØ§Ùا Ø£ÙÙØ§ ÙÙÙØ§ ØÙ راء ÙÙÙ Ù Ø¹ÙØ§Ùا Ø£Ù Ø£Ø¹ÙØ§Ù ÙØ§ ØÙ ر ٠ث٠٠ا تÙÙÙ Ø§ÙØ´Ù اغ Ø£ØÙ ر ÙÙÙØ³ ÙÙ ÙÙ٠أØÙ ر ب٠ÙÙÙ Ø¨ÙØ§Ø¶ ÙØ«Ùر ÙÙÙ ÙÙØ·Ù ÙÙØ´Ù Ù Ø§ÙØ°Ù ÙÙ٠أØÙ ر ÙØ°ÙÙ Ø§ÙØÙØ© Ø§ÙØÙ Ø±Ø§Ø¡ ÙØ¹ÙÙ Ø£Ù Ø£Ø¹ÙØ§Ù ÙØ§ ØÙ ر أ٠ا Ø£Ù ÙÙØ¨Ø³ Ø§ÙØ±Ø¬Ù Ø£ØÙ را Ø®Ø§ÙØµØ§ ÙÙØ³ ÙÙÙ Ø´ÙØ¡ Ù Ù Ø§ÙØ¨Ùاض ÙØ¥Ù اÙÙØ¨Ù صÙ٠اÙÙ٠عÙÙÙ ÙØ³ÙÙ ÙÙ٠ع٠ذÙÙ
âKain berwarna merah yang Nabi pakai tidaklah berwarna merah polos. Akan tetapi, kain yang memiliki garis-garis berwarna merah. Hal ini sejenis dengan istilah âkain sorban merahâ, padahal tidaklah seluruhnya berwarna merah polos, bahkan banyak memiliki warna putih. Disebut demikian karena titik dan coraknya didominasi oleh warna merah. Demikian pula sebutan âkain tenun berwarna merahâ maksudnya kain yang memiliki garis-garis berwarna merah. Adapun seorang laki-laki yang memakai kain berwarna merah polos tanpa ada warna putihnya sama sekali, itu adalah perkara yang dilarang oleh Nabi.â (Syarah Riyadhus Shalihin, Maktabah Syamilah)
Pendapat keenam, larangan tersebut dimaknai sebagai makruh tanzih (dibolehkan). Dalil yang memalingkan larangan tersebut dari hukum haram adalah bahwa Nabi shallallahu âalaihi wa sallam sendiri memakai pakaian berwarna merah (sehingga menyelisihi larangan). Ini adalah kaidah yang sudah dikenal (dalam ushul fiqh). Yaitu, jika Nabi shallallahu âalaihi wa sallam memerintahkan suatu perkara, kemudian beliau melakukan perkara kebalikannya atau meninggalkan perintah tersebut, maka perbuatan Nabi tersebut menunjukkan bahwa perbuatan tersebut diperbolehkan. Adapun perintah Nabi tersebut menunjukkan hukum sunnah (tidak sampai derajat wajib, pent.), sedangkan larangan Nabi dimaknai sebagai larangan tanzih (tidak sampai derajat haram, pent.).Â
Dalil yang memalingkan larangan Nabi dari hukum haram menjadi larangan tanzih adalah perbuatan Nabi itu sendiri. Sebagaimana jika Nabi memerintahkan sesuatu, kemudian Nabi meninggalkan perintah tersebut, maka perbuatan Nabi yang meninggalkan perintah tersebut adalah dalil bahwa perintah tersebut hukumnya sunnah (tidak sampai derajat wajib, pent.). Sedangkan perbuatan Nabi menunjukkan bolehnya perbuatan tersebut.Â
Baca Juga: Hukum Safar di Hari Jumâat
Kesimpulan
Setelah menyebutkan pendapat para ulama tersebut, Syaikh âAbdul âAziz Ar-Rajihi hafidzahullah mengatakan,
âPendapat yang paling kuat adalah pendapat yang kelima dan keenam. Ini adalah pendapat Syaikh Muhammad bin Muhammad Al-Mukhtar Asy-Syinqithiâ.Â
Meskipun demikian, dalam rangka kehati-hatian, agar seorang laki-laki tidak memakai pakaian berwarna merah polos dalam rangka keluar dari khilaf (perselisihan para ulama). Andaikan ingin memakai pakaian yang berwarna merah, hendaknya pakaian tersebut memiliki garis-garis dan tidak polos. Wallahu Taâala aâalam.Â
Baca Juga:
[Selesai]
***
@Kantor YPIA, 23 Syawal 1441/ 15 Juni 2020
Penulis: M. Saifudin Hakim
Artikel: Muslim.or.id
Referensi:
Taqyiidusy Syawaarid minal Qawaaâid wal Fawaaid, karya Syaikh âAbdul âAziz bin âAbdillah Ar-Rajihi, hal. 390-392.
Â
Itulah tadi informasi mengenai Hukum Memakai Pakaian Berwarna Merah oleh - doalailatulqadar.xyz dan sekianlah artikel dari kami doalailatulqadar.xyz, sampai jumpa di postingan berikutnya. selamat membaca.
Posting Komentar
0 Komentar